Patung Kuno “Messi” Ditemukan di Mesir, Menulis Ulang Sejarah Seni Patung

Patung Kuno “Messi” Ditemukan di Mesir, Menulis Ulang Sejarah Seni Patung

Sebuah penemuan arkeologis di Saqqara pada tahun 2021 kini memaksa para ahli untuk meninjau kembali pemahaman mereka tentang seni Mesir Kuno. Sebuah patung batu kapur yang terkubur di bawah pasir di Gisr el-Mudir pada awalnya tampak seperti artefak biasa dari era Kerajaan Lama. Namun, analisis mendalam mengungkap sebuah karya seni yang memadukan dua tradisi pahatan, sebuah inovasi yang belum pernah ditemukan sebelumnya pada periode tersebut.

Mahakarya Tiga Dimensi yang Tak Terduga

Patung adalah karya seni tiga dimensi yang diciptakan manusia untuk mengekspresikan gagasan dan keindahan. Sejak ribuan tahun lalu, seni patung telah menjadi bagian penting dari peradaban, berfungsi sebagai sarana religi, monumen bersejarah, hingga elemen dekorasi. Umumnya, patung dibuat dengan metode subtraktif (mengurangi volume bahan) atau aditif (menambah volume).

Patung yang ditemukan di Mesir ini, dengan tinggi lebih dari satu meter, menggambarkan seorang bangsawan berdiri dengan kaki kiri ke depan—pose khas yang melambangkan vitalitas. Di samping kaki kanannya, berlutut seorang wanita yang diyakini adalah istrinya, dalam gaun sederhana dan rambut palsu sebahu. Namun, keunikan patung ini terletak pada sosok ketiga: seorang anak perempuan yang muncul dari balik kaki kiri sang pria sambil memeluk seekor angsa.

Tidak seperti dua figur lainnya yang dipahat utuh (tiga dimensi), sosok anak perempuan ini dibuat dengan teknik relief tinggi, seolah menyatu dengan latar belakang batu. “Pemandangan yang menggambarkan anak perempuan dengan seekor angsa ini mencerminkan kehidupan sehari-hari,” kata Dr. Zahi Hawass dalam sebuah wawancara. “Pilihan artistik yang mencolok ini menjadikan patung tersebut satu-satunya contoh dari jenisnya yang diketahui dari Kerajaan Lama.”

Memahami Teknik dan Inovasi Sang Seniman Kuno

Untuk memahami betapa revolusionernya karya ini, penting untuk mengenal beberapa teknik dasar dalam seni patung. Seniman atau pematung menggunakan berbagai cara untuk mewujudkan karyanya, tergantung pada bahan yang digunakan.

  • Teknik Pahat: Teknik ini mengurangi volume bahan keras seperti batu atau kayu menggunakan alat pahat dan palu. Para figur utama pada patung Mesir ini kemungkinan besar dibuat dengan teknik pahat pada batu kapur, yang tergolong sebagai bahan keras bersama dengan kayu jati, granit, dan marmer.

  • Teknik Butsir: Digunakan untuk bahan lunak seperti tanah liat atau lilin, teknik ini memungkinkan seniman mengurangi dan menambah bahan dengan mudah menggunakan alat butsir.

  • Teknik Cor dan Cetak: Teknik ini melibatkan pembuatan cetakan terlebih dahulu. Adonan bahan seperti semen, gips, atau logam cair (emas, perak, timah) dituangkan ke dalam cetakan. Setelah mengeras, cetakan dibuka untuk menghasilkan patung.

  • Teknik Merakit: Ini adalah teknik menggabungkan beberapa komponen, sering kali dari bahan logam, untuk membentuk satu kesatuan patung, biasanya dengan cara dilas.

Seniman patung “Messi” ini menunjukkan keahlian luar biasa dengan menggabungkan teknik pahat tiga dimensi dengan teknik relief dalam satu monumen yang berdiri sendiri. “Dengan mengintegrasikan dua tradisi pahatan dalam satu karya, sang seniman menunjukkan semangat eksperimentasi yang luar biasa,” tambah Hawass.

Petunjuk dari Pintu Palsu dan Konteks yang Hilang

Meskipun memiliki nilai seni yang tinggi, patung ini ditemukan tanpa makam, kapel, atau prasasti yang menyertainya. Hal ini menunjukkan kemungkinan patung tersebut telah dipindahkan atau dijarah di masa lalu. Namun, sebuah petunjuk penting ditemukan di dekatnya: sebuah “pintu palsu” dengan ukiran nama “Messi”.

Dalam kepercayaan Mesir kuno, pintu palsu berfungsi sebagai portal spiritual bagi arwah orang yang telah meninggal untuk berinteraksi antara dunia nyata dan alam baka. Jika patung keluarga ini pernah berdiri di dekat pintu tersebut, fungsinya kemungkinan besar bersifat religius atau sebagai monumen peringatan bagi “Messi” dan keluarganya.

Para peneliti juga membandingkan temuan ini dengan patung Irukaptah yang disimpan di Museum Brooklyn. Patung tersebut, yang juga berasal dari Dinasti Kelima di Saqqara, menunjukkan kemiripan yang mencolok dalam pose, pakaian, dan penempatan figur istri. Namun, pada patung Irukaptah, figur anak laki-lakinya dipahat sepenuhnya dalam tiga dimensi. Kemiripan ini menunjukkan bahwa kedua karya mungkin berasal dari lokakarya atau “aliran” seni yang sama, tetapi hanya patung dari Gisr el-Mudir yang berani memadukan dua dimensi berbeda.

Penemuan ini membuktikan bahwa para seniman Kerajaan Lama tidak sekaku yang diperkirakan. Di mana para ahli sebelumnya hanya melihat konvensi, karya ini mengungkapkan kreativitas dan fleksibilitas. Patung ini bukan hanya representasi formal sebuah keluarga, tetapi sebuah potret intim yang diikat oleh sentuhan, gestur, dan persembahan seekor angsa, yang membeku abadi dalam batu.