Harga Starlink di Indonesia Bukan Predatory
Harga Starlink di Indonesia Bukan Predatory
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah memutuskan bahwa diskon agresif Starlink untuk paket perangkat terminal VSAT dan langganannya tidak termasuk dalam kategori predatory pricing.
Menurut kantor berita pemerintah Antara, Starlink – yang secara resmi mulai menawarkan layanan internet satelit LEO di Indonesia pada 19 Mei – memberikan diskon 40% untuk perangkat VSAT-nya di Indonesia hingga 10 Juni. Perangkat tersebut, yang biasanya dijual dengan harga IDR7,8 juta (US$480), kini ditawarkan dengan harga IDR4,68 juta.
KPPU menerima tuduhan bahwa ini merupakan predatory pricing dan persaingan tidak sehat. Menurut laporan media, Asosiasi Satelit Indonesia (ISSA) mengeluh bahwa harga VSAT Starlink berdampak negatif pada pelaku di segmen VSAT bisnis dan ritel.
ISSA juga mengklaim bahwa paket langganan bulanan Starlink bersifat predator. Langganan bulanan Starlink dimulai dari IDR750,000 per bulan. Meskipun itu lebih dari dua kali lipat jumlah yang biasanya dihabiskan masyarakat Indonesia untuk layanan internet konsumen, namun jauh di bawah paket layanan VSAT tak terbatas yang ditawarkan oleh pemain yang ada, yang berkisar di IDR3,5 juta, kata ISSA.
Namun, setelah diskusi kelompok fokus tertutup mengenai hal ini pada hari Rabu, pengawas antimonopoli mengatakan harga VSAT tersebut bersifat promosi, bukan predatory, lapor Antara.
Anggota KPPU Eugenia Mardanugraha mengatakan kepada Antara bahwa predatory pricing melibatkan strategi aktif untuk menjual produk di bawah biaya untuk mengeliminasi pesaing dan membentuk monopoli. “Predatory pricing bukan hanya tentang harga rendah,” katanya.
Menurut surat kabar nasional Indonesia, Kompas, Komisaris KPPU Hilman Pujana mengatakan bahwa pihaknya akan terus memantau aktivitas Starlink di pasar untuk memastikan mereka mematuhi aturan.